Wednesday, November 11, 2009

Pengaruh Kuat Lima Besar Sifat Kepribadian Terhadap Laporan Masalah Perilaku Anak Oleh Informan Yang Berbeda



Pengaruh Kuat Lima Besar Sifat Kepribadian Terhadap Laporan

Masalah Perilaku Anak Oleh Informan Yang Berbeda


Jurnal Psikologi Anak Abnormal, April 2005 oleh Gert Kroes,

Jan W. Veerman, Eric E.J. De Bruyn


Penilaian masalah perilaku anak berbeda menurut informan dan situasinya. Selalu hanya kesepakatan sederhana ditemukan di antara penilaian informan yang berbeda tentang fungsi anak (Achenbach, McConaughy, & Howel, 1987; Stanger & Lewis, 1993). Fenomena ini membentuk hambatan utama bagi peneliti dan ahli klinik yang sedang mencoba menilai perilaku dan masalah emosional anak secara akurat. Berbagai alasan untuk ketidaksepakatan telah diusulkan yaitu mekanisme umum seperti perangkat respon, sifat disukai, atau kemauan melaporkan perilaku negatif dari pihak informan (Youngstrom, Loeber, & Stouthamer-Loeber, 2000); faktor kepribadian informan seperti depresi dan kecemasan (Briggs-Gowan, Carter, & Schwab-Stone, 1996); faktor interaksional seperti hubungan anak dengan orang tua (Treutler & Epkins, 2003). Perilaku anak juga dapat berbeda sesuai situasi rumah, sekolah, tetangga, dan klinik (Kolko & Kazdin). Karena para informan yang berbeda itu mengamati anak-anak dalam situasi yang berbeda, maka situasi juga bisa memainkan peran yang penting dalam penciptaan ketidaksepakatan antar informan. Dalam studi ini, pengaruh kuat faktor kepribadian informan dalam laporan masalah perilaku anak diperiksa sambil mengontrol perbedaan situasional.


Pengaruh faktor-faktor kepribadian informan, khususnya depresi maternal, dalam laporan masalah perilaku anak telah sering diuji (cf. chilcoat & Breslau, 1997; Kroes, Veerman, & Be Bruyn, 2003; Youngstrom, Izard, & Ackerman, 1999). Pada banyak studi, tingkat masalah perilaku anak yang tinggi yang dilaporkan oleh para ibu diketahui dihubungkan dengan tingkat gejala depresif yang tinggi dalam diri para ibu sendiri. Pertanyaannya adalah bagaimana menafsirkan penemuan ini: Apakah laporan para ibu yang memiliki tingkat depresi tinggi mencerminkan tingkat masalah perilaku yang meningkat pada anak mereka, atau apakah depresi maternal (berhub. dg ibu) mengubah persepsi mereka tentang perilaku anak? Richters (1992) menjelaskan dua perspektif berbeda ini pada persepsi perilaku anak sebagai model keakuratan dan model distorsi. Pada banyak studi, psikopatologi maternal telah dijelaskan menyebabkan distorsi (misal, Conrad & Hammen, 1989) atau prasangka dalam laporan ibu mengenai masalah perilaku anak telah menjadi minimal, dan sedikit atau tidak memiliki arti klinis (Sawyer, Streiner, & Baghurst, 1998). Studi-studi terbaru melaporkan hasil-hasil campuran yang menyarankan bahwa kedua model dapat menggunakan: psikopatologi maternal, dapat dihubungkan dengan masalah perilaku diantara anak yang meningkat, dan ibu dengan gejala psikopatologi dapat melaporkan insiden dan/atau peliknya masalah tersebut (misal, Chilcoat & Breslau, 1977; Najman dkk, 2000).


Kebanyakan studi yang disebut diatas telah dihambat oleh masalah metodologis. Seperti ditunjukkan oleh Richters (1992), hipotesis keakuratan dan hipotesis distorsi memprediksi laporan perilaku anak yang lebih bermasalah dengan orang tua dengan gejala kejiwaan. Untuk menetapkan apakah laporan ini mencerminkan masalah anak yang sesungguhnya atau persepsi orang tua yang terdistorsi, diperlukan penilaian criteria yang “sah, bebas dari pengaruh depresi maternal” sendiri dan berdasarkan pada sampel “situasi dan perilaku sebanding dengan yang dicontohkan oleh penilaian ibu” (Richter, hal 487). Dalam semua studi yang ditinjau oleh Richters, situasi dan perilaku berbeda menurut informan. Oleh karena itu, perbedaan antara penilaian ibu dan kriteria bisa dianggap berasal dari perbedaan yang populer pada perilaku anak karena situasi (Achenbach dkk, 1987). Sebagai akibatnya, studi gagal memberikan bukti yang meyakinkan untuk pengaruh yang mendistorsi psikopatologi informan. Persyaratan rancangan terpenting untuk menguji hipotesis distorsi adalah standarisasi kerangka sampling perilaku anak untuk ibu dan informan kriteria. Ketika kondisi ini telah dijumpai, bukti-bukti berikut ini kemudian akan dibutuhkan untuk memberikan dukungan bagi hipotesis distorsi: “(a) ketidaksepakatan yang berhubungan dengan depresi antara ibu dan penilai kriteria dan (b) superioritas/keunggulan (misal, keakuratan) penilaian kriteria terhadap penilaian ibu” (Richters, hal 487). Akhirnya, Richters juga telah mengusulkan bahwa studi lapangan harus ditambah dengan studi laboratorium, contohnya sampel rekaman perilaku anak, sehingga memudahkan kontrol yang lebih banyak terhadap perilaku anak untuk diteliti.


Hanya sedikit studi yang dengan sengaja dirancang sesuai dengan ketentuan metodologi Richters hingga saat ini. Dalam sebuah studi laboratorium oleh Youngstrom dkk (1999), penilaian ibu atas sampel perilaku anaknya yang terekam dibandingkan dengan penilaian pengamat independen. Analisis multi regresi menunjukkan hubungan antara penilaian maternal dan penilaian peneliti yang direntang dari .32 sampai .41 untuk bermacam-macam tipe perilaku anak. Setelah menghilangkan perbedaan penilaian maternal dan peneliti, disforia maternal kemudian ditemukan untuk menjelaskan 2,3 – 20% perbedaan sisanya. Menariknya, korelasi yang ditemukan di antara informan yang berbeda dalam studi laboratorium ini sangat paralel dengan korelasi khusus yang ditemukan dalam riset lapangan (Achenbach dkk, 1987), dan banyaknya perbedaan yang dijelaskan oleh distres maternal di bawah kondisi laboratorium yang dikontrol dengan baik adalah sama dengan banyaknya perbedaan yang dijelaskan oleh depresi dalam studi lapangan (Fergusson, Lynskey, & Horwood, 1993).


Dalam studi yang berhubungan, Johnston dan Short (1993) menguji hubungan simptomatologi depresif dengan persepsi perilaku anak bagi ibu dan mahasiswi. Lebih jelasnya, wanita dewasa diminta untuk melengkapi ukuran simptomatologi depresif dan menilai perilaku aktor anak yang direkam. Untuk ibunya, gejala depresif berhubungan dengan persepsi yang lebih negatif dari perilaku anak yang diinternir dan dari perilaku prososial. Mahasiswi dengan gejala yang lebih depresif memiliki persepsi yang kurang positif terhadap perilaku prososial dan memberi penilaian menyeluruh yang lebih negatif terhadap perilaku yang dieksternalisir.


Hasil studi oleh Johnson dan Short (1993) menyarankan bahwa simptomatologi depresif secara negatif dapat mempengaruhi persepsi orang dewasa mengenai perilaku anak, dan bahwa distorsi persepsif tidak terbatas pada ibu dengan depresi yang menilai anak mereka yang bermasalah tetapi juga berlaku pada orang dewasa lainnya dengan gejala depresi yang menilai anak-anak tidak dikenal. Ini menekankan perlunya, seperti baru saja di tekankan oleh Richters (1992), untuk menguji pengaruh depresi pada orang dewasa yang bekerja secara profesional yang memiliki anak, yang dapat melibatkan guru, dan perawat anak. Ini juga memunculkan pertanyaan apakah keakraban dengan anak menimbulkan distorsi seperti dijelaskan oleh beberapa studi (Kendziora dan O’Leary, 1998; Lorber, O’Leary, & Kendziora, 2003; Snar, Strassberg, & Slep, 2003). Sebagai contoh, Kendziora dan O’Leary (1998) membandingkan penilaian ibu terhadap rekaman perilaku anak mereka sendiri dan anak yang tidak dikenal dengan penilaian pengamat independen. Mereka menemukan bahwa para ibu melaporkan lebih sedikit perilaku negatif anak mereka dari pada pengamat, dan juga bahwa para ibu mengevaluasi perilaku anak mereka lebih kurang negatif dari pada perilaku anak yang tidak dikenal.






No comments:

Post a Comment